Ahh sebenarnya aku tak
mengenalmu
Siapa kamu?
Dan berapa umurmu?
Yang jelas aku hanya mengerti
kau lah orang yang merampas milikku yang berharga
Yah ku akui kau memang hebat
merampas yang ku punya
Mencincang kepedihan di dalam
hati ku
Kau toreskan luka yang mungkin
sampai saat ini belum padam
Kau paksakan dia untuk berani
memilih aku atau dirimu sang pencuri
Seharusnya kau punya rasa
enggan untuk berkata “cepat, kau pilih siapa!” padanya
Dan sosok aku yang
terlukalah yang seharusnya tegas menanyakan sebuah pilihan.
Kau bukan saja merampasnya
dari ku tapi kau merampok semua pikirannya
Memberatkan dia untuk memilih
mu
Kau menyapaku dengan untaian
teks manis
Membuatku seakan bingung
dengan kehadiran mu yang tiba-tiba
Dengan seringannya kau katakan
“aku pacarnya”
Yah aku hanya bisa tertawa
dalam tangis membaca kalimat itu
Seketika ku lepaskan emosi
pada dia yang saat itu masih milikku
“Hei, kau pendusta.. kekasih
kedua mu baru saja menyapaku”
“Hei, kau pendusta.. inikah kado
cinta terpahit yang kau berikan di hari kelahiranku? Ini terlalu indah sayang,
begitu indah..”
Deringan telpon berbunyi keras
menyapaku yang tergeletak berusapkan air mata
Hei kekasih keduanya, kau
mampu menjatuhkan air mata di hari kelahiranku
Sekuat tenaga menahan
kepedihan ku jawab telpon itu
Kau bercengkrama masih kau
bilang sayang padaku
Masih kau bilang sayang sayang
sayang
Kau tahu hatiku bergetar keras
menahan luka
Diantara cinta dan sakit dua
itu menjadi satu kau tahu bagaimana perasaaan itu bisa kuliskan?
Aku begitu sadar jarak dan
waktu masih saja membusungkan dada berlagak sombong seolah kita tak mampu
menaklukannya
Aku sadar cinta kita didasari
oleh media
Mungkin aku tak seperti
kekasih kedua mu yang secara langsung menatapmu di dunia nyata
Namun bagimu aku dunia mayamu,
kau anggap aku tak berwujud? Palsu? Tak ada?
Kekasih keduamu itukah yang
mengajarkan mu seperti itu?
Kekasih keduamu itukah yang
membuat keraguan mu terhadap ku?
Padahal ku yakin cintamu masih
utuh di dalam hatimu
Hanya saja kekasih kedua mu
itu terlalu beruntung dapat menggoda hidup mu disana
Hai kekasih keduanya tahukah
kau, saat detik-detik terakhir ia ingin melepasku
Dia berkata jujur telah lama
berdusta kepadaku, dia mengakui kesalahan karena keadaan
Satu kalimat terakhir yang dia
ucapkan adalah “Jaga perasaan mu unyung, karena perasaan yang aku punya masih
utuh masih seperti dulu” Aku tahu dia jujur hanya saja keadaan disana yang
menekan dia untuk berpihak padamu. Aku tak tahu jika aku ada disana kau bisa
seberuntung ini apa tidak.
Hai kekasih keduanya, selamat
atas prestasimu, selamat posisiku telah diganti olehmu..
Tapi jangan pernah salahkan
dia jika dihatinya masih ada namaku.
Salahkan dirimu mengapa kau
merampasnya dari ku..
Kau bisa memiliki raganya,
tapi kau tak bisa memiliki jalah hidupnya
Yang perlu kau ketahui, aku
tak pernah menyesal memilikinya
Aku beruntung karna dialah
seseorang yang membangkitkan ku dari keterpurukan di masa dia belum
mengenalmu..
Saat ini memang aku terpuruk
olehnya tapi hanya saja aku kasihan melihatmu mengambilnya seperti seekor
kucing yang diam-diam mencuri ikan
Aku tak pernah menyesal pernah
mencintai dia
Aku tak pernah menyesal punya
mimpi yang pernah kami bangun walau seketika mimpi itu di hancurkan oleh mu.
Withlove
Fika


Tidak ada komentar:
Posting Komentar