Ini sudah satu bulan aku tak bisa kembali menjadi seperti dulu
Iya sudah satu bulan dan itu masih saja menghasratkan perasaan yang lelah
Desember yang pekat telah aku lalui tapi megapa mendungnya masih selalu saja mengikuti
Desember yang berair telah ku lalui tapi mengapa basahnya tak mengering
Kepada dia yang selalu saja menjadi mimpi yang tak bisa kugenggam, aku bergantung.
Kepada dia yang selalu saja menjadi khayalan gila tapi tak bisa bersama.
Aku masih tak bisa melepasnya, masih saja butuh hadirnya,
Mengapa aku?
Desember telah berlalu, satu bulan jarak yang sudah menamai kita "bukan apa-apa"
Lalu mengapa aku masih saja keras kepala menganggap mu.
Kapan aku sadar? Kapan aku bisa lepas darinya? Kapan aku kuat tanpa dia?
Sudah satu bulan. Sudah berakhir memang. Tapi kita tetap bersama menjalani hari seperti biasa, katamu.
Kita tetap saling memberi perhatian. Kita tetap saling melantunkan kata "sayang". Kita juga saling meleburkan rindu berdua. Kita masih saja saling tertawa bersama. Memaki kehidupan. Kita bisa habiskan waktu seharian untuk bercumbu pada kenangan.
Tapi diantara semua yang kita lakukan itu. Ada harapan-harapan kosong memelukku. Harapan yang selalu mendeklarasikankan kesedihan.
Sudah satu bulan dan rasa itu masih sama hanya saja frekuensinya semakin bertambah. Entahlah, tidak memiliki mu bukan menjadi alasanku untuk menyudahi rasa sayang ini. Tidak sama sekali.
Sudah satu bulan, tanah masih mengecup lembapnya. Hujan masih menggebu-gebu untuk mengeluarkan risaunya. Dan akupun begitu, sama masih saja mengecup kenangan itu juga sama mengeluarkan air mata yang kadang aku sudah hafal rasa "asin"-nya ketika bermuara di sudut bibirku.
Sudah satu bulan, memang berat rasanya. Melewatkanmu pun tak bisa, sayang.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar