- Sarah: Aku lupa rasanya jatuh cinta
- Ibrahim: *tersenyum* Aku lupa rasanya cinta, tapi aku sedang jatuh cinta
- Sarah: Hmmm? *mengerutkan dahi* memangnya beda?
- Ibrahim: Menurutku beda
- Sarah: Bagaiman bisa berbeda?
- Ibrahim: Kamu yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun setidaknya pasti bisa memaknai cinta, sedang aku, pria yang selalu terjebak di hubungan jangka pendek, mungkin jauh lebih tau soal jatuh cinta daripada cinta itu sendiri
- Sarah: Hubungan datar dan memilih terus bersama karena keluarga seperti yang sedang aku dan Aryo jalani ini cinta? *tertawa kecil*
- Ibrahim: Bisa jadi, atau justru aku dan kamu yang tidak pernah bersatu karena norma, namun-akhirnya-terus seperti ini adalah cinta. Sedang aku dan beragam perempuan yang aku kagumi selama aku mencoba melupakanmu adalah jatuh cinta
- Sarah: Maksudmu? Apakah waktu yang kamu jadikan acuan untuk memilah pemaknaan cinta dan jatuh cinta?
- Ibrahim: Bukan waktu, tapi kedisiplinan, pengertian, kemampuan untuk menjaga, memaklumi, memaafkan, bertahan, dan mau tetap bersama, itu cinta. Sedang jatuh cinta, kekaguman, gundah yang hadir dengan rasa indah, terbang, lupa kenyataan, lupa hal-hal yang seharusnya, keegoisan untuk memiliki, keras kepala yang memaksakan diri untuk bersama, hilang akal, itu jatuh cinta. Sementara. Semua lenyap jika dihantam lelah, tidak ada kedisiplinan.
- Sarah: Kedisiplinan?
- Ibrahim: Ya, Sarah. Cinta butuh kedisiplinan, aku dan kamu, kamu dan Aryo, kebersamaan kalian, kebersamaan kita, perlu banyak jutan jatuh yang disiplin disisipi cinta agar jatuh cinta terus berlanjut, hingga kata jatuh tidak lagi menggikuti rasa cinta yang dirasa.
- Sarah: Kedisiplinan dalam jatuh cinta, baru bisa disebut cinta?
- Ibrahim: Kedisiplinan dalam membangun dinding-dinding yang membuatmu jatuh terbuai cinta, dinding-dinding keegoisan, dinding-dinding yang menyebabkan jatuhmu terasa sakit. Kedisiplinan dalam memberikan pengertian, kedisiplinan dalam memaafkan, kedisiplinan dalam mempertahankan, kedisiplinan dalam saling mengerti, saling ingin terus bersama
- Sarah: Bersama namun tidak pernah bersatu seperti kita? Disiplin bertahan meski tidak saling mempertahankan seperti kita, apa bisa ini disebut cinta?
- Ibrahim: Iya, Sarah. Kedisiplinan dari aku dan kamu ingin secara sadar tidak ingin menyakiti sekitar dengan kebersamaan kita
- Sarah: Dengan menyakiti masing-masing dari kita?
- Ibrahim: Sore Nanti, Sarah. Sore nanti, ketika kita lelah menyuruh hati kita untuk menyerah, sore nanti seperti sore ini, kita akan bersama. Kedisiplinanku untuk terus membuatmu tersenyum ketika Aryo membuatmu menangis, kedisiplinanmu mencariku ketika kamu merindukan senyumanmu yang tertelan kesinisan drama dunia. Sore nanti, Sarah. Sore nanti, Tuhan pasti kelelahan membuat kita terus menerus jatuh cinta dengan sangat disiplin dan menyatukan kita karena alasan cinta.
- written by : Eka Otto
- Soreh Nanti, Sebuah Pemahaman Utuh Tentang Cinta bagi Saya. Lasam storey - Rafika
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar