Ini bukan yang pertama, duduk bersama dengan mu dalam satu waktu. Ini bukan juga yang pertama di saat kita saling tertawa bersama. Aku terhanyut dalam setiap aliran tatapan matamu yang sempat ku kira nyata. Yang sempat ku kira sama.
Entahlah bagaimana aku bisa jelaskan tentang skenario Tuhan mempertemukan dalam semesta ini. Dimulai dari kalimat mu di bawah lampu redup sebuah angkringan "Oh ini yang namanya Rafika". Aku menatapmu biasa awalnya sampai kamu membuat bingkai permainan di dalam media sosial yang biasa kita sebut twitter. Awalnya aku hanya bisa menertawakan kekonyolanmu dalam 144 karakter yang ada di media itu.
Ini juga bukan hal yang baru bagiku dan untukmu, bersenda gurau lewat apa yang disebut media sosial. Beberapa hal bahkan banyak hal yang kamu ukir perlahan. Namun rasanya semua itu terjadi begitu cepat membawa kita dalam satu semesta.
Aku hanya belajar untuk menganggap semua ini rekayasa permainanmu. Walau ku berharap benar.
Aku harus melawan keegoisanku untuk menyukai mu lebih dari kata suka. Mengagumi katamu walau tidak bisa ku pastikan kebenarannya.
Kali ini apakah kamu akan membiarkan ku merasakan hal yang tak kau rasakan?
Memastikan mu sendiri adalah hal yang gampang untuk ku bertanya padamu. Tapi memastikan hati mu ada untukku adalah pertanyaan sulit yang bisa kuutarakan pada mu.
Aku tak bisa menyalahkan perasaan yang tumbuh sedemikian rupa untuk mu. Aku bahagia kalau kamu mengerti tentang apa yang ku rasa. Sedikit kamu mencoba tuk pahami tentang tingkah ku. Sadar atau tidak lantunan tweet ku itu beberapa ada ku siapkan untuk mu. Tapi aku akan bahagia jika kita punya perasaan 1 + 1 = KITA.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar