Aku tak mau terlalu lama menjabarkan alasan. Tuhan, aku ingin meminta sesuatu. Mungkin dalam beberapa hari terakhir aku selalu merengek meminta ini. Aku sadar betul akhir-akhir ini terlalu banyak air mata yang aku buat meresap di kasur, bantal, guling atau selimut. Mereka sudah terbiasa menerima banjir dari mataku. Tak salah mereka menjadi teman akrabku yang tak hidup dan tak berbicara. Aku tau betul, aku bukan tipe perempuan yang mampu bercerita tentang masalah pribadiku ke setiap orang, . Tau betul, kalau aku tipe yang sangat suka memendam perasaan karena sadar bercerita hanya akan membuat diriku tertuduh sebagai drama queen. Aku lebih suka seperti ini Tuhan, bercerita melalui perbincangan dengan-Mu, menulis, menumpah kan rasa melalui rangkaian kata. Aku hanya akan sedikit terobati seperti ini.
Begini, aku ingin Engkau kuatkan. Sungguh. Seberapapun besarnya masalah dan sakit yang kuterima aku hanya ingin Engkau kuatkan tanpa harus meminta untuk menyederhanakan masalah atau mengemis untuk menghilangkan rasa sakit.
Aku punya banyak pertanyaan yang diawali dengan kata 'kapan'. Tapi sudah terlalu sering aku pertanyakan. Dan aku tahu bahwa Engkau paham. Tuhan, kali ini aku ingin meminta sebuah perpisahan. Perpisahan yang sungguh-sungguh. Tolong tuliskan di kitab perjalanan milik dia, dia yang Engkau tahu siapa. Jika bisa, tolong buatkan aku semesta satu lagi agar berbeda dari semestanya. Jangan sisipkan pertemuan dan perjumpaan yang akan menciptakan perasaan ini semakin dalam untuknya.
Tuhan, biarkan aku berlaku seperti orang waras. Aku sudah lama seperti orang yang kehilangan kewarasan ketika mengingatnya ketika tahu dia bukan untukku atau aku semakin tidak waras jika cemburu dan rindu mengkoyak-koyakan hati yang jumlahnya hanya satu ini. Aku sudah lama menjaga perasaan orang disekitarnya sehingga membuat aku lebih tulen menyakiti perasaan ku sendiri. Terang saja aku menemukannya, dan kehilangan. Menjumpainya lagi lalu kehilangan lagi. Aku mau terus waras. Tidak seperti ini.
Aku tahu dia akan kecewa membaca ini. Aku tahu dia akan mulai lain untuk menilaiku. Aku tahu dia akan menyediakan kesimpulan-kesimpulan dan argumen - argumen keras bahwa aku bahagia melakukan ini. Bahwa ini memang keinginan aku yang terdalam. Tapi tak apalah, dia bukan mentri dan aku bukan staffnya. Jadi hanya aku dan Engkau yang paham mengapa aku meminta perpiasahan ini.
Tuhan, aku yakin pasti Engkau telah menyiapkan hal-hal yang jauh lebih baik. Ada banyak hal yang telah kamu tuliskan dalam kitab perjalanan ku. Entah itu kapan masih ada sisa harapan untuk menjumpainya lagi di dimensi masa depan. Dengan jiwa yang lebih baik dan dengan perasaan yang berbeda. Entah aku sebagai siapa dia nanti. Tapi buatlah dia selalu bahagia, tolong tuliskan lagi di kitab perjalanan miliknya, Tuhan.
Ajari aku ikhlas, agar aku tegas dan bijaksana. Aku sadar aku masih buta huruf. Aku sadar ketika aku menulis ini dan ketika aku meminta kepadanya untuk menjauh, juga untuk menjaga jarak. Aku sadar ini sudah Engaku tuliskan dalam kitab perjalananku. Aku dan dia hanya perlu lebih memahami. Kenapa ini terjadi. Ini kehendak Nya.
Semoga aku dan dia masih bisa menyambung silaturahim lagi, nanti. Ketika aku sudah waras dari perasaan yang tak terbalas.
Kepada Mu, Tuhan, Ya Rabbi, bacalah :)


Saya mengerti perasaaan km, saya juga mengenal km. Kamu sempurna. Paket yang diberikan Tuhan untuk dilindungi dan dijaga perasaannya. Jgn terlalu bnyak larut dlm kesedihan. Nanti ada masanya km akan dipertemukan dgn orang yg benar-benar pantas memiliki km. Semangat fika!
BalasHapushm? ini siapa?? :|
Hapus